Formulir pengajuan bantuan gubernur klik dibawah ini

Download

formulir pendaftaran PGM

Download

Selasa, 23 Mei 2017

MODEL-MODEL PENDIDIKAN TERBUKA DAN JARAK JAUH

Oleh : Sandra Taufik Hidayat 
Pendidikan terbuka dan jarak jauh (PTJJ) merupakan kajian bidang pendidikan yang berkembnag pesat dan perwujudannya beragam dalam beberapa moel. Model-model PTJJ berkembanng karena factor-faktor yang terkait dengan sejarah, filosofi, politik dan kebijakan pemerintah, geografi dan demografi, ekonomi serta landasan teknologi (Zuhairi, 1998). Sekalipun secara rinci ada banyak ragam model, dalam garis besar PTJJ dapat dikelompokkan menjadi tiga model, yaitu single mode, dual mode, dan konsorsium (Pery dan Rumble, 1987; Holmberg, 1995; Curran, 1992). Istilah single mode dan dual mode boleh di-Indonesiakan menjadi ‘model modus tunggal’ dan model modus ganda’, namun dalam tulisan ini istilah asli dalam bahasa Inggris tetap digunakan untuk memudahkan konsepsi dan asosiasi kita. Tulisan ini membahas ketiga model tersebut dan melihat tantangan, peluang, serta prospeknya sekarang dan di masa depan.
Model single mode 
Model single mode dipelopori oleh kisah sukses The United Kingdom Open University (UKOU), yang mulai beroperasi pada tahun 1971. Model ini kemudian dianut oleh banyak negara termasuk Negara-negara berkembang dengan jumlah penduduk besar seperti Indonesia yang mendirikan Universitas Terbuka pada tahun 1984. Model single mode memadukan pemanfaatan bahan cetak dan media siaran dalam pembelajaran jarak jauh. Model ini dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa pendekatan universitas konvensional dalam menerapkan PTJJ tidak memadai. 
Kebutuham dan syarat yang dikehendaki siswa jarak jauh akan dapat dilayani secara lebih baik jikalau suatu lembaga dikembangkan hanya untuk menampung dan memberikan pelayanan kepada siswa jarak jauh saja (Rumble, 1986). Model ini telah berhasil dikembangkan di berbagai sektor pendidikan dengan didirikannya lembaga seperti politeknik terbuka, sekolah menengah pertama terbuka, lembaga pendidikan swasta komersial terbuka, dan universitas terbuka. Model single mode memiliki karakteristik umum sebagai berikut. Kurikulum dirancang berdasarkan sistem satuan kredit semester dan bahan ajar moduler. Pengembangan dan produksi bahan ajar dilakukan secara tersentralisasi. Bahan ajar dirancang sesuai dengan kebutuhan orang dewasa yang sudah bekerja dan belajar mandiri secara jarak jauh. Pertemuan tatap muka dipergunakan untuk membantu penguasaan bahan ajar. Studi Guiton (1992) lebih lanjut menunjukkan bahwa model ini umumnya memiliki keterbatasan dalam ekonomi skala dan profil akademik. Pendekatan course- team dipergunakan dalam pengembangan bahan ajar dan multimedia dimanfaatkan secara terpadu dalam penyampaian bahan ajar. 
Model ini memilik keterganatungan kepada lembaaga lain untukj penyediaan pusat sumber belajar siswa dan mempekerjakan tutor paruh waktu. Bagi siswa ada keterikatan untu menjadi siswa jarak jauh saja, tanpa ada keluwesan untuk memilih metode belajar lain. Pada model single mode, pembelajaran, pengujian dan akreditasi merupakan fungsi terpadu. Lembaga melayani siswa jarak jauh saja, sehingga staf akademik tidak mengalami konflik loyalitas terhadap siswa tatap muka dan jarak jauh. Iklim semacam ini menciptakan motivasi yang sangat kuat di antara staf untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas metode PTJJ, bebas dari hambatan pembelajaran konvensional. Lembaga lebih leluasa dalam merancang program untuk kelompok targer tertentu, dan melakukan ekplorasi terhadap potensi maksimum metode PTJJ. Ada lebih banyak keleluasaan bagi lembaga dalam memilih metode pembelajran, media, kurikulum, struktur program, prosedur ujian, dan kebijakan akreditasi (Kaye, 1981). Namun demikian tetap ada keterbatasan dalam keleluasaan yang dimiliki model single mode. Lembaga semacam ini masih memiliki masalah kredibilitas dan akseptabilitas di kalangan masyarakat karena penyimpangannya dari sistem pendidikan tradisional. Misalnya masyarakat masih cenderung memandang remeh lulusan universitas terbuka dibandingkan lulusan universitas konvensional atau the Ivy League yang sudah mapan. Di Indonesia, mahasiswa Universitas Terbuka (UT) yang baru lulus Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) adalah mereka yang tidak diterima di perguruan tinggi negeri bergengsi atau tidak mampu menjangkau perguruan tinggi swasta yang mahal. Masyarakat umumnya cenderung mengira bahwa secara akademik mahasiswa UT adalah mahasiswa kelas dua. Kritikan pun dilontarkan terhadap gagasan “keterbukaan’ yang mengandung paradox dan kontradiksi dalam lembaga PTJJ model ini. Gagasan ‘keterbukaan’ sebagai mana diterapkan pada sistem universitas terbuka berlaku sekaligus ‘keterbukaan’ dan ketertutupan’ (openness and closure), artinya kerterbukaan dalam satu aspek mengandung kontradiksi ketertutupan pada aspek lainnya (Harris, 1987). Dampak prosedur PTJJ pada sebuah universitas ‘terbuka’ mengandung kecenderungan ‘tertutup’. Sekalipun siswa PTJJ terbuka untuk mendaftarkan diri pada waktu kapan saja, kesempatan mereka masih relatif ‘tertutup’, misalnya mereka harus mengikuti ujian, mendengarkan siaran radio, menonton siaran program televisi pendidikan, mengikuti ujian sesuai jadwal pada waktu yang telah ditentukan oleh lembaga yang bersangkutan. Lebih jauh lagi, seseorang yang telah mendapatkan gelar dari suatu universitas terbuka membuka peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, dan menutup peluang tersebut bagi yang tidak memiliki gelar. Model single mode relatif mahal untuk dikembangkan dan menghendaki jumlah siswa besar agar secara ekonomi layak. Model in memerlukan nilai investasi awal yang besar untuk prasarana dan pengembangan bahan ajar. Namun biaya ini dapat dirata-rata selama beberapa tahun sehingga biaya setiap siswa lebih murah dibandingkan dengan universitas konvensional, asalkan jumlah siswa cukup besar. Pada dasarnya program PTJJ lebih murah dari pada program pendidikan konvensional. Namun model single mode memiliki tantangan ekonomi dan manajemen pada lembaga dengan jumlah siswa lebih kecil sehingga diperlukan sistem manajemen dan admistrasi yang ketat. Model dual mode Banyak program PTJJ dikembangkan di universitas yang menerapkan model model dual mode, dengan mendirikan suatu unit atau divisi khusus yang menangani siswa jarak jauh. Dalam model ini ada dua kelompok siswa, yaitu mereka yang belajar secara tatap muka di kelas, dan mereka yang belajar secara jarak jauh tanpa atau dengan syarat tatap muka yang sangat minimum. Dua kelompok ini secara teoritis mendapatkan pelayanan yang sebanding dari lembaga, sekalipun kenyataannya mahasiswa tatap muka memeiliki lebih banyak kemudahan dlam hal akses ke berbagai sumber belajar di kampus. Secara historis, model dual mode dipergunakan untuk menangkal kecurigaan terhadap PTJJ sebagai menurunkan standar pendidikan. Kesamaan penghargaan antara pembelajaran tatap muka dan jarakj jauh dapat dicapai dengan menugaskan staf akademik yang sama, mengajar dan menguji dua kelompok siswa yang berbeda. Keduanya mendapatkan gelar yang sama, sekalipun model pembelajaran mereka berbeda. Negara seperti Australia dan New Zealand adalah pelopor penerapan model dual mode untuk pendidikan tinggi. Pada universitas dual mode, dua kelompok mahasiswa memiliki karakteristik yang berbeda dalam banyak hal. Mahasiswa tatap muka umumnya lebih muda dan mengikuti pendidikan universitas langsung setelah menamatkan sekolah menengah. Mahasiswa jarak jauh umumnya lehih tua, lebih kaya dalam pengalaman hidup maupun pekerjaan, serta mimiliki keluarga serta komitmen lainnya. Banyak di antara mereka bahkan tidak menamatkan sekolah menengah atas, dan mereka masuk universitas melalui skema ‘matang usia’ yang dimungkinkan terjadi di negara maju. Banyak orang beranggapan bahwa mahasiswa jarak jauh merupakan mahasiswa ‘kelas dua’, sebagaimana banyak orang beranggapan bahwa PTJJ adalah upaya menyediakan pendidikan ‘peluang kedua’. Sebelum diperkenalkannya sistem univeritas terbuka, cara yang dapat diterima untuk memberikan kesempatan kepada orang dewasa yang sudah bekerja untuk belajar di perguruan tinggi adalah melalui program jarak jauh yang diselenggarakan oleh lembaga konvensional.

Model dual mode memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh model single mode. Model dual mode memiliki landasan dan keterpautan yang kuat karena staf akademik bertanggung jawab penuh dalam proses belajar dan pembelajaran, penulisan bahan ajar, menggunakan kombinasi bahan belajar mandiri dan pertemuan tatap muka dan evaluasi siswa. Penyampaian bahan, sistem pembelajaran dan layanan yang diberikan berbeda sesuai dengan syarat yang dikehendaki masing-masing sistem pembelajaran atau kelompok siswa. Model ini memungkinkan terjaganya kesamaan penghargaan dan gelar terhadap siswa tatap muka dan jarak jauh. Dalam model ini ada integrasi pembelajaran tatap muka dan jarak jauh sehingga menjamin standar pendidikan, legitimasi, dan kredibilitas. Sistem dual mode memungkinkan penawaran program atau matapelajaran yang bervariasi dan memungkinkan staf akademik untuk bekerja dalam lingkungan yang berorientasi pada penelitian, di samping pendidikan dan pengabdian kepada masyarakat. Model ini memberikan penekanan pada interaksi dan komunikasi, baik secara tatap muka maupun melalui media. Beberapa kritikan dilontarkan terhadap model dual mode. Keterbatasan waktu untuk pengembangan bahan ajar menjadi masalah utama karena staf akademik bertanggung jawab mengajar tatap muka pula. Banyak di antara staf tidak melewati pendidikan dan pelatihan formal dalam bidang pengembangan bahan ajar jarak jauh. Ada keterbatasan pemanfaatan sumber daya untuk perbaikan kualitas bahan ajar dan pengembangan dalam skala besar, variasi media dan teknologi untuk siswa jarak jauh, karena secara bersamaan lembaga harus memanfaatkan sumber dayanya yang terbatas untuk pembelajaran tatap muka. Sekalipun demikian banyak lembaga dual mode telah berupaya dan berhasil meningkatkan investasi dan pemanfaatan media dan teknologi serta menerapkan metode yang lebih sistematik dalam pengembangan bahan ajar. Penerapan kebijakan kendali mutu bagi seluruh program PTJJ merupakan dilema bagi model dual mode, karena program PTJJ pada lembaga konvensional sering dianggap sebagai produk sampingan. Selain itu ada faktor pembatas untuk mempertahankan dua sistem pembelajaran tatap muka dan jarak jauh berlaku efektif (Zuhairi, 1998). Bagi kalangan pendidikan di Indonesia, model dual mode masih belum banyak dikenal, dan masih perlu diamati dan diteliti lebih lanjut perkembangannya. Secara peraturamn dimungkinkan suatu lembaga pendidikan tinggi konvensional di Indonesia menyelenggarakan program tatap muka dan jarak jauh. Namun sampai saat ini belum banyak lembaga konvensional yang mencoba menerapkan PTJJ. Banyak lembaga di Indonesia memilih membuka kelas jauh dengan sistem tatap muka. Ini menandakan bahwa sebenarnya bahwa PTJJ belum begitu dikenal di kalangan akademik di kampus konvensional, yang semestinya diharapakan lebih dapat bersikap dan bertindak inovatif, terbuka terhadap gagasan dan penemuan baru dalam pemanfaatan teknologi atau metode baru, termasuk metode PTJJ. Model konsorsium Berbagai tekanan dan tuntutan untuk menyelenggrakan program jarak jauh yang efisien menjadikan beberapa lembaga PTJJ bekerjasama melalui konsorsium. Tujuan pembentukan konsorsium pada umumnya adalah untuk mencapai efisiensi dan ekonomi skala. Beberapa lembaga pendidikan memandang perlu untuk membentuk konsorsium di tingkat regional, nasional, atau wilayah tertentu, agar distribusi bahan ajar lebih efisien dan tercapai konsistensi dalam pemberian kredit. Lembaga skala kecil mendapati bahwa pengembangan program PTJJ sangat mahal, dan bahkan lebih mahal lagi untuk memproduksi dan mendistribusikan program. Konsorsium dapat juga terbentuk bilamana ada kerjasama beberapa lembaga pendidikan, penerbitan, dan siaran yang setuju untuk bergabung dan menawarkan program pendidikan jarak jauh. Konsorsium merupakan gagasan yang sangat bagus, sayangnya sulit sekali untuk diterapkan. Birokrasi lembaga dan ragam iklim organisasi sering menjadi hambatan kerjasama. Selain itu perbedaan filosofi pendidikan, hambatan teknis, serta tekanan keuangan menjadikan kerjasama sulit terwujud. Beberapa lembaga pendidikan seperti universitas dapat saja bekerjsama membentuk konsorsium sebagai mana dilakukan di Irlandia, Perancis, dan italia (Curren, 1992). Kekuatan suatu konsorsium terletak pada komitmen untuk melaksanaan pekerjaan tertentu bagi lembaga angota ayang mimiliki kesulitan dalam melaksanakan tugas secara mandiri. Sekalipun terdapat indikasi yang jelas tercapainya peningkatan efisiensi dan keuntungan ekonomi, pada mulanya tidak begitu banyak konsorsium yang terbentuk. Namun saat ini ada kecenderungan bahwa bentuk ini merupakan suatu alternatif rasional. Beberapa contoh konsorsium adalah Open Learning Agency (OLA) di provinsi British Columbia, Canada, yang melibatkan sejumlah lembaga untuk menawarkan program PTJJ di kawasan provinsi tersebut. Contoh lain adalah Open Learning Agency of Australia yang bekerjasama dengan sejumlah lembaga perguruan tinggi di seluruh Australia dan menawarkan program PTJJ di negara tersebut. Badan ini berperan juga dalam mempermudah proses alih kredit. Perkembangan berikutnya dalam model PTJJ ini adalah terbentuknya network, yaitu suatu jaringan kerjasama yang berperang mengkoordinasikan dan melengkapi program PTJJ lembaga lain (Holmberg, 1995). Jaringan tersebut dapat berfungsi mengembangkan bahan ajar, menyediakan layanan penelitian atau dokumentasi PTJJ untuk organisasi lain. Pada dasarnya penyelenggaraan PTJJ tidak dapat terlepas dari pembentukan jaringa kerjasama. Menyimak kecenderungan yang terjadi, barangkali pemerintah Indonesia saat ini perlu mempertimbangkan pendirian sebuah badan jaringan kerjasama nasional. Badan PTJJ nasional ini memiliki wewenang khusus dalam membantu pengelolaan dan penyediaan PTJJ serta mempermudah proses alih kredit antar lembaga di berbagai sektor pendidikan dan pelatihan. Badan ini bertugas pula menjalin jaringan kerjasama antara lembaga penyedia PTJJ secara nasional serta regional, sehingga sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif. Penyelenggraan program PTJJ menjadi terorganisasi dan terkoordinasi dengan baik sehingga tidak terjadi duplikasi penawaran program yang sama oleh beberapa lembaga. Jaringan bahkan perlu dikembangkan lebih lanjut secara nyata di tingkat regional. Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) telah berusaha membangun jaringan kerjasama di bidang PTJJ melalui pendirian Pusat PTJJ (SEAMOLEC). Untuk bidang pendidikan tinggi sebelumnya telah ada upaya mendirikan ASEAN University (de Jesus, Hok, dan Taroepratjeka, 1992) dan gagasan ini kemudian diperbaharui melalui ASEAN University Network (1995). Namun sampai saat ini bentuk pelaksaannya masih perlu diperjelas dan ditingkatkan. Pendidikan tinggi di kawasan ASEAN menghadapi masalah akses, ekspansi dan pemerataan kesempatan yang kurang lebih serupa. PTJJ berpeluang besar mampu menjawab tantangan tersebut dan mewujudkan terciptanya jaringan kerjasama antar universitas di kawasan ASEAN dalam kerangka saling menguntungkan, saling melengkapi, saling membantu, serta efisien, sejalan dengan prinsip kebersamaan dan keeratan budaya bangsa-bangsa Asia Tenggara. Tantangan, pelunag, dan prospek Abad ke-20 ditandai dengan ekspansi dan demokratisasi pendidikan, mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Belajar terbuka merupakan salah satu perwujudan demokratisasi pendidikan. ‘Keterbukaan’ dalam belajar ini meliputi pemberian kesempatan luas kepada individu untuk melanjutkan pendidikan tanpa pembatasan syarat masuk, waktu, kendala keuangan, jarak geografis, serta hambatan social budaya (Paul, 1993). Memasuki abad ke-21, pendidikan tinggi akan banyak dipenuhi dengan orang dewasa yang ingin melanjutkan pendidikan padahal lembaga konvensional memiliki daya tampung yang terbatas. Pada sektor pendidikan menengah, sistem PTJJ diperlukan guna mengatasi persoalan ekspansi dan putus sekolah. PTJJ merupakan salah satu produk inovasi pendidikan yang bermanfaat dan memiliki prospek masa depan yang cerah. Ragam model PTJJ (single mode, dual mode, dan konsorsium) akan tetap berkembang menyesuaikan zaman dan kebutuhan masyarakat (Croft, 1992). Pada sektor pendidikan tinggi, model single mode diwujudkan dalam universitas terbuka. Keterbukaan lembaga ini mesti teruji dalam beberapa dimensi, meliputi daya jangkau, fleksibilitas, keleluasaan siswa dalam memilih isi maupun strktur pelajaran, pilihan dalam sistem pembelajaran, dan akreditasi. Lembaga universitas terbuka telah mampu membatu mengatasi berbagai hambatan siswa dalam belajar. Namun, masih ada tantangan bagi praktisi PTJJ untuk mengubah pola pikir dan meningkatkan pemahaman tentang teori dan praktek belajar terbuka. Teknologi mejadikan universitas terbuka sebagai new temples of learning (Reddy, 1993), semacam ‘pesantren gaya baru’yang menerapkan PTJJ dalam upaya demokratisasi pendidikan tinggi. Beberapa lembaga single mode telah berkembang menjadi mega universitas, termasuk UT, yang menerapkan teknologi pembelajaran jarak jauh, mempromosikan belajar terbuka, serta menampung jumlah mahasiswa yang besar yang melebihi 100.000 orang (Daniel 1996). Model single mode telah diterapkan di banyak negara, sekalipun di negara berkembang ada beberapa kendala yang dihadapi berkaitan dengan kualitas dan pemanfaatan teknologi. Tanpa ada upaya yang sungguh-sungguh dalam bentuk bantuan dan kerjasama antarbangsa dan antarlembaga, upaya demokratisasi pendidikan tinggi ini akan mengalami banyak hambatan di Negara berkembang. Model dual mode terbukti memiliki daya tahan yang lama dan telah diterapkan jauh lebih dahulu dibandingkan model single mode. Model dual mode memiliki nilai inovatif serta fleksibilitas yang khas. Lembaga pendidikan tinggi konvensional berskala kecil tetap dapat beroperasi menggunakan sistem dual mode guna memenuhi kebutuhan masyarakat pengguna jasa di wilayah sekitarnya. Staf akademik tetap mengajar, melakukan penelitian , dan pengabdian pada masyarakat, serta menambah pengalaman baru dan wawasan dalam desain dan pengembanngan bahan ajar serta pembelajaran jarak jauh. Berbeda dengan model snglel mode yang banyak menjadi subjek penelitian model dual mode seperti sebuah ‘spesies’ yang agak terlupakan dalam PTJJ, karena skala operasinya yang kecil. 
Bagi negara seperti Indonesia model dual mode dapat menjadi alternatif guna memacu pengembangan dan peningkatan fungsi pendidikan dan pengabdian pada masyarakat universitas konvensional bagi masyarakat sekitarnya. Beberapa lembaga tinggi tertua Indonesia telah berupaya untuk mengembanngkan program pendidikan jarak jauh untuk menjangkau lebih banyak mahasiswa yang memerlukan berbagai layanan pendidikan. Untuk sektor pendidikan tinggi, model dual mode ini berpeluang untuk mengembangkan program-program yang banyak diminati masyarakat seperti bisnis dan program sains dan teknologi untuk menunjang pembangunan nasional. Kebijakan pemerintah yang tegas dalam hal ini akan sangat menentukan arah dan perkembangan model dual mode di Indonesia. Konsorsium melibatkan adanya jaringan kerjasama dalam pengembangan dan penyajian program PTJJ. Pada dasarnya program PTJJ terselenggara berkat adanya jaringan kerjasama sekalipun tidak selalu mudah untuk membangun kerjasama di semua fungsi PTJJ. Di Indonesia, UT merupakan a network of participating institutions yang bekerjasama dengan banyak lembaga mulai dari perguruan tinggi negeri, kantor pos, bank, surat kabar, jaringan radio dan televise lokal maupun nasional (Setijadi, 1988). Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMPT) bekerjasama dengan sekolah konvensional dan lembaga lain guna menunjang program pembelajaran jarak jauh. Di Inggris, UKOU bekerjasama dengan stasiun televisi British Broadcasting Corporation (BBC). Jaringan kerjasamsa antar lembaga telah berkembanng menjadi suatu kebutuhan yang harus dipenuhi penyelenggara PTJJ. Di Indonesia, berbagai sarana komunikasi telah berkembang dan siap untuk dimanfaatkan untuk penyelenggaan PTJJ sehingga suatu pola kerjasama antar berbagai lembaga yang saling menunjang dan menguntungkan dapat dikembangkan lebih lanjut. Kelemahan yang ada pada suatu lembaga dapat dilengkapi dengan kekuatan yang dimiliki lembaga lain. Peran pemerintah sangat penting untuk membangun iklim kerjasama yang kondusif. Inisiatif pemerintah diperlukan dalam bentuk kebijakan, regulasi, serta keterbukaan dalam pembentukan pola kerjasama yang dikehendaki. Model mana yang dipilih? Terlepas dari model apapun yang dianuat, karakteristik PTJJ tetap berlaku dan bermuara sama pada tercapainya tujaun masyarakat belajar. Masing-masing model memberikan kontribusi bagi pemerataan dan perluasan kesempatan pendidikan. Skala dan efektifitas biaya dapat menjadi salah satu faktor yang menentukan keputusan tentang model yang diterapkan. Tujuan PTJJ yang sama dapat dicapai dengan menerapkan model yang berbeda, dan tidak ada model yang paling benar dalam penyelenggaraan PTJJ. Jawaban terhadap pertanyaan di atas adalah bahwa model yang akan dipilih ditentukan oleh kebutuhan masyarakat pengguna jasa pendidikan , kebijakan pemerintah, kemampuan dan sumber daya yang ada pada masyarakat dan masing-masing lembaga. Perkembangan mutakhir dalam teknologi informasi memberikan tantangan bagi PTJJ, terlepas dari model apapun yang dianut. Teknologi dimanfaatkan karena alasan dan pertimbangan untuk meningkatkan akses, memperbaiki kualitas, mengurangi biaya, dan meningkatkan efektifitas pendidikan dan pelatihan (Bates, 1997). Bagi siswa pemanfaatan teknologi berdampak positif pada keluwesan dalam memilih metode belajar, karena makin kaburnya perbedaan antara PTJJ dan pendidika konvensional. Proses pembelajaran berbasis teknologi menghendaki dan sekaligus mebantu siswa mengenal dan memanfaatkan teknologi yang tersedia. Metode belajar jarak jauh dan teknologi informasi bertemu dengan strategi belajar kelas sehingga menciptakan lingkungan baru yang disebut dengan program belajar fleksibel (fleksible learning) (Moran, 1997). Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat belajar, universitas-universitas berupaya melembagakan program belajar fleksibel sebagai suatu strategi pendidikan utama yang berorientasi pada kebutuhan pengguna, bukan sekedar sebagai ekperimen sambilan. Bagi banyak universitas konvensional di Indonesia, program belajar fleksibel ini perlu lebih dicermati karena hal ini merupakan tantangan yang harus segera diwujudkan guna mengantisipasi masa depan. Bagi lembaga PTJJ maupun konvensional, menerapkan teknologi bukan persoalan sederhana sebagai mana menanam sebatang pohon pisang pada lahan yang tersedia. Lembaga dituntut untuk mereformasi diri, mengubah struktur organisasi, mengarahkan kembali visi dan misi agar sanggup memanfaatkan teknologi baru secara bijaksana. Lembaga PTJJ serta lembaga konvensional apapun akan saling berkompetisi dalam memanfaatkan teknologi untuk membantu proses belajar siswa. Dalam persaingan ini, pemenangnya adalah lembaga (berbentuk apapun) yang mampu memberikan layanan terbaik, dengan kualitas terbaik pada harga yang paling kompetitif. Bahan ajar dan informasi kini menjadi barang milik publik yang mudah didapatkan masyarakat . Kualitasnya tergantung pada isi, desain, produksi media penyampaian, serta dukungan dan layanan yang diberikan (Bates, 1997). Tantangan bagi praktisi PTJJ dan pendidikan pada umumnya adalah cepat tanggap dan memnyesuaikan diri, siap menerima, belajar dan bereksperimen dengan teknologi baru, serta mau meningkatkan keterampilan. Pada saat yang sama, lembaga pendidikan dan pemerintah ditantang untuk memiliki komitmen menyediakan sumber belajar yang diperlukan. Tanpa kemauan dan komitmen yang sungguh-sungguh dari berbagai pihak, upaya kita dalam memanfaatkan teknologi hanya akan berjalan di tempat saja dan kita akan kehilangan momentum membantu menciptakan masyarakat belajar di Indonesia.

Sumber bahan: Zuhairi, A.. (2002). Model-model pendidikan terbuka dan jarak jauh. Dalam Belawati, T (Ed.). Pendidikan terbuka dan jarak jauh: Didedikasikan kepada Dr. Setijadi, M.A. 45-59.

Sabtu, 10 Oktober 2015

Ramalan Zaman Dalam Kitab Islam

Bismillahirrahmaanirrahim. Sungguh miris melihat realita zaman sekarang, semua hal dapat saja dikategorikan "halal" bagi beberapa orang penganut freedom. Mengenal kebebasan dan pernah menjalaninya saja sudah menjadi kebanggaannya. Beberapa keterangan zaman ratusan tahun lalu menyebutkan kejadian-kejadian real yang akan terjadi saat ini: 1. Perempuan mendominasi kuantitasnya dari laki-laki Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam telah bersabda : مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يَقِلَّ اْلعِلْمُ وَيَظْهَرَ الجَهْلُ وَيَظْهَرَ الزِّنَا وَتَكْثرَ النِّسَاءُ وَيَقلَّ الرِّجَالُ حَتَّى يَكُونُ لِخَمْسِينَ امْرَأَةً القَيِّمُ اْلوَاحِدُ “Di antara tanda-tanda dekatnya hari Kiamat adalah sedikitnya ilmu (tentang Ad-Dien), merajalelanya kebodohan dan perzinahan, dan sedikitnya kaum laki-laki, sehingga lima puluh orang wanita hanya terdapat satu orang pengurus (laki-laki) saja” [HR. Al-Bukhari no. 81 – tartib maktabah sahab, Muslim no. 2671, dan At-Tirmidzi no. 2205]. dan sekarang, lihatlah dalam beberapa pertemuan penting, bahwa mayoritas adalah perempuan, dari data statistik kependudukan dapat dilihat perkembangan setiap tahun,.
Ketertiban yang diinginan Allah dalam hal ini maksud dari Qs annisa, 1:4 terhadap perempuan dari laki-laki untuk berpoligami.adalah zaman sekarang, adapun zaman dahulu adalah sebagai sample.banyak wanita yang terlantar, berzina, dan kurang beruntung tidak dalam urusan pendamping hidup, maka dalam hal ini alquran sebagai pedomannya. Permpuan banyak berada didalam neraka, dimungkinkan bahwa perempuan adalah yang terbanyak diciptakan oleh allah swt.,dan bukan karena setiap wanita yang paling banyak melakukan dosa. 2.Akan banyak kehancuran dan kejadian aneh dan besar ثُمَّ أَنَزلَ اللّهُ سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَنزَلَ جُنُودًا لَّمْ تَرَوْهَا وَعذَّبَ الَّذِينَ كَفَرُواْ وَذَلِكَ جَزَاء الْكَافِرِينَ [9:26] Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan BENCANA kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir. dari kalimat: Allah menurunkan bala tentara yang kamu tidak melihatnya,.dalam hal ini dapat dilihat kejadian allah membantu warga palestina melalui malakikat yang menghancurkan pesawat israel. Bersambung...

Kamis, 10 September 2015

CARA DAPAT UANG/DOLLAR TANPA MODAL TAHUN 2015

Jadi Jutawan Baru dari Android, Anda Pasti Bisa Jika Mau ! Apakah Anda pengguna HP Android ? Ingin mendapatkan penghasilan tambahan tanpa harus mengeluarkan biaya sepeserpun ? Apakah Anda menggunakan HP Android hanya untuk hal hal yang bersifat konsumtif seperti main game, browsing, download, nonton youtube, facebook, chatting, dll ? Trus bagaimana caranya ? Simak baik baik informasi ini... Whaff adalah aplikasi reward Android penghasil UANG CASH atau GIFT CARD termudah dan tercepat bagi pengguna Smartphone Android saat ini. "Mudah, Simpel, dan Gratis" itulah beberapa alasan banyaknya pengguna Android yang mencoba peruntungan dengan memanfaatkan Smarphone / Tablet mereka untuk menghasilkan uang. Adapun tahapan panduan & informasi cara mendapatkan Uang Gratis dengan Whaff melalui Smartphone & Tablet Android adalah sebagai berikut, silahkan buka (klik satu persatu) : 1.download aplikasi whaff reward di play store android anda 2. Install aplikasinya 3. Masuk dengan akun facebook anda 4. Masukan kode by76640 saat itu juga, mka akan dapat 0.50 dollar 5.selanjutnya cari dollar lain dengan banyak cara seperti download aplikasi dll. Walaupun tergolong bisnis gratisan, ternyata penghasilan dari Whaff tidak bisa dipandang sebelah mata. Sudah banyak sekali pengguna Whaff yang mampu meraup Ribuan Dolar (Puluhan Juta Rupiah) dalam waktu singkat, hanya dengan memanfaatkan HP Android yang mereka miliki. Ingin tahu siapa saja peringkat 20 besar yang sudah menghasilkan Ribuan & Ratusan dolar dari Whaff, serta taksiran pendapatan mereka dalam Rupiah ? Inilah 20 daftar "Jutawan Mendadak" Whaff : Ini hanya 12 peringkat teratas Whaff dengan penghasilan terbanyak, Anda bisa melihat sendiri Ranking terupdate pada akun Whaff Anda setelah mendaftar. Dan tentu sudah ada Ribuan pengguna Whaff lain yang sudah berpenghasilan Jutaan, Ratusan Ribu, Puluhan Ribu secara GRATIS, hanya dengan memanfaatkan HP Android. #UPDATE PERINGKAT 12 BESAR "JUTAWAN GRATISAN" WHAFF *Sumber : Akun Whaff 24 Agustus 2015 Kurs : 1 USD = Rp.14.000 (Google) Apakah Anda belum merasakan penghasilan dari Whaff ?? DAFTAR WHAFF SEKARANG ! Mumpung Whaff masih "booming", jangan tunda lagi dan menyesal kemudian hari bila melihat teman Anda mendapatkan banyak uang duluan dari Whaff !

Kamis, 27 Agustus 2015

LOWONGAN PENDAMPING DESA 2015

Pendaftaran online kerja pendamping desa di: pendamping.kemendesa.go.id

Jumat, 23 Mei 2014

PENERIMAAN CPNS 2014,:SYARAT dan PERSIAPANNYA

CPNS 2014 kini akan dilaksanakan sekitar bulan juni-juli, sebelum atau sesudah PEMILU presiden 2014, perlu diketahui syarat dan persiapannya seperti apa, karena penerimaan cpns guru atau dosen kiniakan sangat ketat, melihat jalur umum tahun 2013 tidak dilaksanakan. Berikut adalah syarat-syarat yang harus dipersiapkan peserta sebelum menginjak bulan juni : 1. SKCK dari kepolisian berupa legalisirnya sebanyak 3 lembar. 2. Pas fhoto 3x4 5 buah, 2x3 5 buah, 4x6 5 buah terbaru dan berwarna. 3. Kartu kuning 3 lembar dilegalisir. 4.legalisir ijazah terakhir, minimal s1 atau jika ada formasi sma maka siap siap bagi lulusan sma mengikuti juga. 5. KK,KTP dan akta kelahiran. Karena tahun ini sistem penerimaan dan uji test nya akan menggunakan komputer, maka perlu persiapan latihan soal, jika tidak ada persiapan maka siap siap tersingkir oleh ribuan peserta lainnya. Ada sedikit bocoran, klik latihan cpns banner disamping, daftar membernya.sukses selalu. 

Kamis, 27 Februari 2014

UKG 2014

https://drive.google.com/uc?id=0B8aWuQVqSwKgbEF1bV92c2lGcTQ&export=download https://drive.google.com/uc?id=0B8aWuQVqSwKgOGJqU3VfaEJiNnM&export=download

NPSN RA BARU 2013 KAB.GARUT. klik DOWNLOAD dibawah ini lalu klik UNDUH

Download