Pendahuluan
Tidak dapat dipungkiri, ilmu Ushul Fiqh merupakan khazanah keilmuan
Islam yang ikut memperkaya model keagamaan kita. Pelaksanaan syariat Islam
yang bermula hanya berpijak pada Al-Qur’an dan Sunah akan sulit seandainya ilmu
ini tidak ada, terlebih jika dihadapkan dengan problem-problem baru dalam
kehidupan modern. Sebab Ushul Fiqh dianggap sebagai penuntun dan pembuka fiqh
yang merupakan jawaban yuridis bagi kehidupan kita.
Ushul Fiqh adalah sekumpulan kaidah yang menjadi landasan teoritik
dari rumusan-rumusan fiqh, baik berupa metode analisis makna lafdz maupun
kaidah yang dapat menghubungkan berbagai kejadian aktual pada Al-Qur’an, sunah,
serta ijmak sahabat. Rangkaian kaidah-kaidah ini kemudian digunakan sebagai
sarana untuk menggali hukum-hukum operasional (istinbath
al-ahkam al-‘amaliyyah)
Fungsi utama dari Ushul Fiqh adalah mengangkat dan melahirkan
rumusan-rumusan normatif dari ketentuan-ketentuan syariat Islam yang terpapar
dalam Al-Qur’an dan sunah sehingga setiap mukalaf dapat mengetahuinya dengan
baik dan terperinci. Di samping itu Ushul Fiqh juga berfungsi untuk
memberikan jawaban-jawaban yuridis terhadap berbagai kejadian aktual yang tidak
dinyatakan secara eksplisit dalam nas, namun dapat terjawab oleh nas itu
sendiri dengan menghubungkan berbagai kejadian tersebut ke dalam nas
menggunakan berbagai metode dalam Ushul Fiqh.
Objek kajian Ushul Fiqh adalah dalil-dalil syarak secara
keseluruhan dari sudut ketetapan hukumnya yang bersifat kulli
untuk kemudian dirumuskan dalam bentuk kaidah-kaidah yang dapat dipahami untuk
mengkaji hukum dari nas-nas yang terperinci dalam Al-Qur’an dan sunah.
Pengertian
Kaidah Ushul
Secara etimologi, arti qaidah adalah asas (dasar), yaitu yang
menjadi dasar berdirinya sesuatu. Bias juga diartikan dasar sesuatu dan
fondasinya (pokoknya).(Al-Asfahani: 409, Az-Jaidy:171)
Adapun menurut istilah atau nterminologi, ulama ushul membuat
beberapa definisi, sebagaimana ditulis dalam beberapa kitab di bawah ini:
1. Dalam kitab At-Ta’rifat:
قضية كلية منطبق على جميع جزئيت
قضية كلية منطبق على جميع جزئيت
Artinya: “Ketentuan
universal yang bersesuaian dengan bagian-bagiannya (juz-juznya).”
2. Dalam kitab Syarah Jamu’ al-Jawami’:
قضية كلية يتعرف منها احكام جزئيتها
قضية كلية يتعرف منها احكام جزئيتها
Artinaya: “Ketentuan pernyataan universal
yang memberikan pengetahuan tentang berbagai hokum dan bagian-bagiannya”.
3. Dalam kitab At-Talwih ‘ala at-Taudih:
حكم كلي ينطبق على جزئياته يتعرف احكامها منه
حكم كلي ينطبق على جزئياته يتعرف احكامها منه
Artinya: “Hukum universal (kulli) yang
bersesuaian dengan bagiannya, dan bisa diketahui hukumnya.”
Kaidah Al-Musyaqatu
Tajlibu At-taisir
المُشَقَةُ تَجْلِبُ التَّيْسِيْرْ
“Kesukaran itu mendatangkan kemudharatan”
“Kesukaran itu mendatangkan kemudharatan”
Qaidah
di atas memberikan arti bahwa setiap kesepitan yang dihadapi oleh seseorang
atau masyarakat harus diperlonggar sedemikian rupa, sehingga benar-benar akan
terasa adanya kebahagiaan dengan datangnya syari’at Islam
Sedangkan
mengenai kadar yang harus dipakai untuk menghilangkan kesempitan ini syari’at
Islam telah meletakkan aturan-aturannya yang difahami dari qidah-qaidah
berikut.
Qaidah ini
berdasarkan kepada:
$tBur @yèy_ ö/ä3øn=tæ Îû ÈûïÏd9$# ô`ÏB 8ltym
$tBur @yèy_ ö/ä3øn=tæ Îû ÈûïÏd9$# ô`ÏB 8ltym
”Dan Dia (Allah) tidak menjadikan untuk kamu dalam agama ini suatu kesulitan”. (al-Hajj: 78)
يريدالله بكم
اليسر ولايريد بكم العسر
“Allah
menghendaki menghendaki bagimu kemudahan dan tidak menghendaki bagimu
kesulitan”. (al-Baqarah: 8)
فمن اضطر غيرباغ
ولاعاد فلا اثم عليه
“Tetapi barang sispa dalam keadaan terpaksa
(memakannya)sedang ia tidak menginginkannyadan tidak pula melampaui batas, maka
tidak ada dosa baginya”.
(al: Baqarah: 173).
(al: Baqarah: 173).
Cabang-cabangnya
adalah sebagai berikut :
1. Qaidah
الامر اذا ضاق اتسع
“Suatu perkara apabila sempit menjadi luas”.
2. Qaidah
الرخصة لا تناط بالمعاصى
“ Rukhsoh –rukhsoh itu tidak boleh dihubungkan dengan kemaksiatan.”
3. Qaidah
الرخصة لا تناط بالشك
“ Rukhsoh –rukhsoh itu tidak boleh dihubungkan dengan keraguan.”
1. Qaidah
الامر اذا ضاق اتسع
“Suatu perkara apabila sempit menjadi luas”.
2. Qaidah
الرخصة لا تناط بالمعاصى
“ Rukhsoh –rukhsoh itu tidak boleh dihubungkan dengan kemaksiatan.”
3. Qaidah
الرخصة لا تناط بالشك
“ Rukhsoh –rukhsoh itu tidak boleh dihubungkan dengan keraguan.”
Contoh
aplikasinya
1.
Dalam keadaan musafir, dibolehkan mengqoshor
shalat, dari empat rakaat menjadi dua rakaat.
2.
Bolehnya buka puasa ketika bepergian atau sakit
3.
Dibolehkan tidak ada wajib qobil dalam jual
barang-barang yang tidak berharga.
4.
Tidak ada kelonggaran untuk melaksanakan maksiat
apapun alasannya, tapi diharuskan untuk menghindarinya
Semua rukhsoh dari
Allah untuk membuat seorang dan meringankan beban mukalaf dengan adanya sebab 7
:
1.
Bepergian
2.
Sakit
3.
Paksaan
4.
Lupa
5.
Tidak tahu
6.
umumul bala (
ganguan umum )
7.
Kekurangan.
ا لـــحــر ج شــر
عــا مــر فــو عــا
Kesempitan menurut syara bias ditiadakan dan
diterima.
Contoh : Saksi wanita dalam hal tidak bias dilakukan laki-laki
cacat dan buta.
ا لــحــا جــة تــنــز ل مــنــز لــة ا لــضــر و را ت فــى ا بــا حــة ا لـــمــحــظــو ر ا تـــ
ا لــحــا جــة تــنــز ل مــنــز لــة ا لــضــر و را ت فــى ا بــا حــة ا لـــمــحــظــو ر ا تـــ
Kebutuhan itu bias menduduki tingkatan
keterpaksaan dalam kebolehan memeroleh sesuatu yang haram.
Simpulan
Kaidah Dalam kitab At-Ta’rifat diartikan قضية
كلية منطبق على جميع جزئيت “Ketentuan universal yang bersesuaian dengan
bagian-bagiannya (juz-juznya).”
Dalam
makalah ini dipaparkan satu kaidah yaitu :”Al-Musyaqatu Tajlibu At-taisir”
yaitu : kesusahan mendatangkan kemudahan, dengan memiliki cabang-cabangnya 1. Qaidah “Suatu
perkara apabila sempit menjadi luas”.2. Qaidah “ Rukhsoh –rukhsoh itu tidak
boleh dihubungkan dengan kemaksiatan.” 3. Qaidah “ Rukhsoh –rukhsoh itu tidak
boleh dihubungkan dengan keraguan.”
Serta
contoh aplikasinya telah kami tulis diatas. Demikian, makalah ini kami buat,
semoga dapat bermanfaat bagi penyusun dan umumnya bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,
Miftahul, Faishal Haq, Ushul Fiqh.1997, Surabaya: CV. Citra Media.
Abdul Wahah
Khalaf, Ilmu Ushul Fiqh. Gema Risalah Press. Bandung
Drs. Safiudin
Shidiq M. Ag. Fikih.Menggali Hukum Islam. Pustaka madani. Drs. HM. Suparta, MA,
Fiqih Mdrasal Aliyah. Karya Toha Putra. Bandung.
Hamid, Abdul
Hakim, Mabady Awwaliyyah. 2007,Jakarta: Maktabah Sa’adiyah Putra, Syafe’I,
Rachmat, Ilmu Ushul Fiqh, Bandung: CV. Pustaka Setia.
www. Gengprass.blogspot.com
kok Kaidah Al-Musyaqatu Tajlibu At-taisir
BalasHapusالمُشَقَةُ تَجْلِبُ التَّيْسِيْرْ
“Kesukaran itu mendatangkan kemanudharatan” bukannya kesulitan menyebabkan adanya kemudahan?